Rabu, 23 Juni 2010

MAINANNYA ATAU PEMBERINYA

MAINANNYA ATAU PEMBERINYA

Setiap kali saya bepergian jauh, anak-anak selalu ingin ikut. Saya
kerap menolak permintaan itu dengan menjanjikan hadiah mainan ketika
pulang. Tak heran jika setiap kali saya pulang dari bepergian,
mereka hanya bertanya satu hal, "Mana mainannya?" Bahkan, mereka
tidak peduli jika saya masih lelah setelah perjalanan. Mereka mau
tas saya cepat-cepat dibongkar, supaya mereka segera menemukan
mainan yang saya bawa untuk mereka. Mainan, bagi anak-anak saya,
bahkan sejenak menjadi lebih penting daripada kehadiran saya.

Dalam peran sebagai anak di hadapan Allah, terkadang sikap kita juga
tidak jauh berbeda dengan anak-anak saya. Kerap kita mencari Tuhan,
hanya untuk mencari mainan dan "hadiah" dari-Nya. Kerap kita hanya
butuh berkat dan jawaban dari Dia. Kita ingin Dia memberi
penyelesaian atas pergumulan dan masalah kita. Mata kita hanya
tertuju pada hadiah dan berkat atas pekerjaan, rumah tangga,
kesehatan, uang, serta perwujudan hadiah Tuhan lainnya, yang pernah
kita terima. Kita menyangka bahwa Tuhan hanya berperan menghadirkan
apa-apa yang tampak itu.

Karena itulah pemazmur mengingatkan kita, bahwa pribadi Tuhan jauh
melebihi apa pun. Kita memang perlu mengucap syukur ketika menyadari
berkat-berkat-Nya bagi kita. Namun, semakin kita dewasa dalam Dia,
maka kita akan lebih menikmati sukacita karena kehadiran-Nya, meski
tanpa hadiah sekalipun. Dan kehadiran-Nya yang menjadi sandaran
serta sumber pengharapan kita, sudah merupakan anugerah luar biasa.
Hari ini, bersyukurlah bahwa Dia ada bersama kita. Dia yang tak
ternilai harganya --FZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar