Senin, 28 Juni 2010

Gusdur Bapak Pluralisme dan Demokrasi

Gusdur Bapak Pluralisme dan Demokrasi

Oleh sfwarungkopi.com
Arnold Lukito, January 12 2009.

img_0963img_0965img_0957img_0960

Gusdur Candlelights Memorial Service dimulai pada jam 6 malam, January 8, 2009, di Foster City, California.

Kegiatan ini diorganise oleh Tony Lolong, Beny Bevly, dan Arnold Lukito, program acara malam itu dilengkapi dengan pemutaran slides, pembacaan cerita jalan kehidupan Gusdur yang dibacakan oleh Romo Andalas, Pdt Hengkie Tjahyadi, dan Acting Konsul Jenderal KJRI San Francisco Ibu Trini Sualang. Dilanjutkan dengan upacara mengheningkan cipta ditepi pantai yang diterangi dengan lilin-lilin kecil, lalu diiringi dengan pembacaan renungan yang dilakukan oleh Jenny Bevly. Setelah itu diisi dengan acara penulisan buku tamu dan pesan-pesan untuk keluarga yang telah ditinggalkan oleh Gusdur, yang akan dikirim kepada keluarganya di Indonesia.

Acara ini sangat bersejarah bahwa kita semua yang di Amerika tetapi masih tetap menghargai dan mengingat jasa-jasa Gusdur terutama apa yang beliau telah perjuangkan terhadap rakyat kecil, kaum minoritas, dan yang tertindas.

img_0968img_09361

Acting Konsul Jenderal KJRI San Francisco menulis pesan dibuku tamu

Semoga para wakil-wakil dan pemimpin bangsa di Indonesia dimasa sekarang dan yang akan datang, dapat menjiwai apa arti Panca Sila, pluralisme dan kemanusiaan, serta juga tidak sungkan-sungkan lagi untuk menyadari bahwa Gusdur telah memberikan banyak selama kepemimpinannya, walaupun dalam waktu yang sangat singkat.
Latar belakang:

Gusdur lulusan jurusan bagian sastra dan sosial dari Universitas Baghdad, Irak, kemudian meneruskan ke Universitas Leiden, Belanda. Karena merasa kecewa bahwa ilmunya tidak diakui lalu melanjutkan sekolah di Jerman dan Perancis, sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971. Namun sebagai penulis dan komentar sosial budaya tidak dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-harinya, terpaksa Gusdur berjualan kacang dan es lilin bersama istrinya.

Beberapa tahun kemudian jenjang karirnya naik pesat menjadi Ketua Umum Nadathul Ulama, partai Islam yang memiliki anggota 38 juta.
Pada tahun 1983 dengan kepemimpinannya Gusdur mengatakan bahwa NU harus kembali kepada Panca Sila.

Dalam satu pertemuan bersama publik, Gusdur berani mengakui kesalahan masa lalu, dan pernah memohon maaf kepada yang hadir, bila dalam sejarah G30S Kudeta 1965, 4 ketua NU dan anggota-anggota milisi Ansor terlibat dalam aksi anti komunis yang telah mengorbankan hampir 3 juta nyawa.
Menurut saksi-saksi, para korban umumnya dibunuh oleh pisau, pedang, dan golok, bahkan beberapa korban dalam penggalian kuburan masal yang dilakukan beberapa tahun lalu di Jawa Timur sekitar tahun 2005-2006 telah ditemukan tanda-tanda bekas tanda bacokan, dan lubang-lubang peluru pada tengkorak-tengkorak yang digali. Mereka adalah korban Democide pembantaian masal yang menjustifikasikan kebencian ideologi anti komunis, tanpa adanya keputusan pengadilan yang menyatakan bahwa mereka telah bersalah.

Dalam usaha mengubah persepsi sejarah lama, lalu PBNU berkerja sama dengan Tim Relawan didalam memperjuangkan ribuan para pelaku penjarah, yang sengaja diperangkap ketika sedang menjarah, dengan menutup dan mengunci mereka didalam kompleks shopping mall, bagaikan menjebak kumpulan binatang buas yang sedang menyantap mangsanya, lalu membakar mereka hidup-hidup, didalam kasus May’98.

Walau Gusdur tidak hadir sebagai karakter “the White Knight menunggangi kuda putih dan memakai shining armor” juga kurang dihargai para pemimpin militer, dan Gusdur pun tidak pernah menggunakan Military Death Squads untuk melakukan penculikan, penembakan, dan teror terhadap rakyatnya sendiri, seperti yang seringkali terjadi pada masa Suharto. Bahkan selama hidupnya Gusdur selalu mengutamakan demokrasi dan pluralisme.
Mungkin dari situlah yang membedakan karakter Gusdur yang selalu ingin menjadi pejuang bagi golongan rakyat kecil, kaum minoritas yang lemah dan tertindas.

Ketika masih menjabat sebagai Presiden Indonesia ke 4, dalam reformasinya Gusdur meminta turun Jenderal Wiranto, membubarkan Departmen Sosial yang korupsi, menutup Departmen Penerangan yang digunakan Suharto sebagai alat Intelijen Psy-Ops untuk memelintir fakta dengan memberikan dis-informasi, dan mis-informasi didalam melakukan “indoktrinasi masal” kepada rakyat Indonesia. Dengan goal melakukan pembutaan dan pembohongan masal terhadap seluruh media cetak, TV, radio di Indonesia bahkan sampai seluruh textbooks dari SD sampai Universitas, dan seluruh pelajaran sejarah bangsa Indonesia yang berkaitan dengan fakta-fakta G30S berhasil dimanipulasikan selama 32 tahun.
Setelah Gusdur diturunkan, seringkali memberikan komentar-komentar adanya ancaman terhadap keselamatan dirinya, juga memberikan humor seperti adanya 3 macam polisi jujur di Indonesia, pertama patung polisi, kedua polisi tidur dan ketiga polisi Hoegeng, seringkali membuat kita semua kuatir, tertawa, tersenyum, dan juga membuat pihak tertentu sangat kesal.
Wahid Institute seringkali membuat laporan tahunan yang seringkali mengkritik bahwa tokoh-tokoh Polisi, Mahkamah Agung, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Dr Tifatul Sembiring sebagai mantan Presiden PKS, harus belajar arti pluralisme. Benar-benar memprihatinkan bila para aparat pemerintah dan wakil rakyat berkarakter anti-pluralisme dan mendukung ideologi Rasisme.

img_0943
Kebebasan beragama dan UU Hate Crimes:

Bahkan dalam laporan terakhir Wahid Institute menyatakan dalam satu tahun 2009 saja telah mencapai “”93 kasus pelanggaran kebebasan beragama”"!!!!!!!

Masalah ini menjadi tantangan terberat dalam kepemimpinan SBY, terutama bila aparat keamanan dan para penegak hukum di Indonesia sangat enggan bertindak terhadap amukan masa, bahkan menurut Wahid Institute dalam banyak insiden polisi mendukung dan melakukan perusakan terhadap rumah ibadah!!!!!!!!!!!!!. Terutama bila perusuh menggunakan tameng, slogan, dan symbol-symbol Islam dalam aksi perusakan dan pembakaran gedung-gedung gereja.
Aparat keamananpun umumnya seringkali mematuhi kemauan FPI dan Ormas-ormas radikal Islam yang seringkali bertindak melebihi kuasa POLRI untuk membubarkan perkumpulan mingguan “Bible Study” dirumah-rumah.

Kebebasan beragama terhadap kaum non-muslim mencapai titik yang sangat kritikal salah satu sebab adalah indoktrinasi SARA sepihak yang jauh lebih ditujukan terhadap kaum minoritas untuk selalu mengalah karena berada dipihak yang lemah, karena UU tidak akan melindungi, sehingga sangat tabu dan sungkan untuk melakukan kritik di Indonesia karena alasan keselamatan. Sedangkan sebaliknya kita melihat Phenomena yang sangat luar biasa, bahwa kaum radikal umumnya merasa sangat leluasa untuk memprovokasi dengan poster-poster dan baner Rasisme serta melanggar setiap unsur SARA. Kapan saja, dan dimana saja menjadikan slogan Coca-Cola sebagai slogan kebudayaan pembakaran rumah ibadah di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1945 sampai 2009 total jumlah gereja yang dirusak dan dibakar telah mencapai kurang lebih 1000 kasus. Luar biasa!!!!!

Hampir tidak ada yang diadili…………………..

a

Walaupun ketika Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bertemu muka dengan warga Indonesia di San Francisco. Tetapi sangat disayangkan pemerintah kabinet SBY, masih belum serious dan masih belum sungguh-sungguh memberikan prioritas utama secara detail ataupun berusaha menekankan usaha “konkrit secara hukum” untuk diciptakannya UU Hate Crimes di Indonesia yang dapat melindungi tindakan domestik teror berdasarkan kebencian terhadap suku etnis dan agama minoritas.

UU Hate Crimes dapat diharapan akan memberikan hukuman berlipat ganda yang akan menanggulangi aksi teror terhadap tempat-tempat ibadah apakah gereja, mesjid Ahmadiyah, maupun wihara diseluruh Indonesia.

Kalau boleh mengatakan sejujurnya tercermin kabinet Presiden SBY masih memperlakukan pembakaran rumah-rumah ibadah, dan gereja jauh lebih sepele dibandingkan dengan hukuman terhadap kriminal kecil seperti pelaku pencuri semangka, ayam ataupun seorang nenek pencuri 3 buah cacao. Karena hampir kita semua tidak pernah mendengar bila ada pelaku pembakar yang sudah mencapai sekitar 1000 gereja yang pernah dibawa kepengadilan.????????????? Yang sangat menggelikan kita diseluruh dunia seringkali mendengar bila MUI mengeluarkan fatwa melarang penerbitan majalah Playboy namun MUI yang munafik menghalalkan sex tourism dan pelacuran dengan touris Arab yang melakukan kawin kontrak di Puncak, yang harus kita semua ingat juga, MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa membakar gereja adalah …….. HARAM!!!.

18674_1243298176599_1653710793_636178_3135983_nAkhir kata semoga Gusdur diterima disisi Yang Maha Kuasa atas jasa-jasanya terhadap Indonesia. Bila mantan Presiden Mandela, almarhum Pendeta Martin Luther King Jr di Amerika dikenal dunia sebagai pejuang kebebasan kaum sesama minoritas di negaranya masing-masing, begitu pula marilah kita semua mengenang Gusdur sebagai pemimpin Indonesa yang mengutamakan Kemanusiaan diatas Theologi dan Ideologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar