Rabu, 08 September 2010

10 Kiat Hidup Sehat Tanpa Obat

0 Kiat Hidup Sehat Tanpa Obat

Hidup yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa
terlanda "penyakit" aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan
tubuh sendiri maupun obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap
sehat tanpa harus sering berobat.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan
yang mampu melindungi badan dari serangan penyakit. Itu kalau
sistemnya bekerja! Kadang-kadang suka ngadat.

Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun,
niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup
mencegah penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. Di mana-mana,
mencegah sebelum terjadi itu lebih baik daripada mengobati yang
sudah telanjur marak. Berikut 10 tips yang dapat dipakai untuk itu:

1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaan


Ini agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak
kunci segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat
mengetahui kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa
yang baik dan boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak.

Orang yang tanpa disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin
secara berlebihan, misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya
berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan
tubuhnya, dan sering merasakan aneka gejala tidak enak badan.
Setelah memeriksakan badan ke dokter, baru diketahui tubuhnya mulai
mengidap "penyakit" tekanan darah tinggi. Kalau sejak itu ia
berusaha sungguh-sungguh untuk mengurangi makanan asin dan berlemak,
sambil melakukan olahraga ringan secara teratur, maka "penyakit"-nya
tidak mudah kumat, dan ia tidak perlu sering pergi ke dokter lagi.

Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh
orang yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang
yang mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal
kekurangan dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau
memperbaiki kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga
agar tidak mudah terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha
mengenal dirinya sendiri juga.

2. Tidak terburu-buru merasa sakit

Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan
untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari,
gejala sakit itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan
untuk menyembuhkan sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala
sakit itu sudah hilang sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat
hilang hanya karena menghirup udara segar di taman yang tidak
tercemar udara knalpot.

Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa
tubuh sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran
pernapasan. Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan
serangan kuman. Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari,
karena beratnya serangan, ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk
konsultasi medis.

3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari

Melakukan variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan
makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa
sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis
makanan sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling
melengkapi. Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya
mengubah kebiasaan itu, dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe,
dan tahu sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh
yang banyak, dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur
saja sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada
kondangan temanten, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging
ayam atau sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju
pertumbuhan tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.

Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur
mayur hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti
bagus, sesekali perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan
tidak hijau, seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah
(sebagai sayur), pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci
mulut).

4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur

Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada
umur, jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau
sehat). Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh,
kelima unsur dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral, serta air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi.

Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak
perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus
dikurangi jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun.
Cara mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi
nasi dan goreng-gorengan.

Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru harus dimakan
dengan cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuh, dan meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu
diingat bahwa yang paling baik ialah memakai vitamin alamiah,
seperti yang terkandung dalam buah dan sayuran segar.

Sedangkan air yang diminum harus yang steril, aman dari kuman,
seperti air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai air mineral.
Boleh juga air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih
kurang 60% dari bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu berarti
kita harus minum air lebih banyak daripada unsur makanan yang lain.
Orang yang sedang sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum
air lebih banyak lagi. Penderita "penyakit" sulit buang air, bisa
tertolong dari penderitaannya dengan setiap hari minum 2 - 3 gelas
air putih sebelum pergi ke belakang.

Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi,
meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara
mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber
protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar
proteinnya kurang atau hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan,
tahu, dan tempe.

5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan

Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat
penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya,
sehingga tubuh senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa
olahraga pun kita sebenarnya juga sudah bergerak badan mirip
olahraga, kalau melakukan pekerjaan fisik sehari-hari seperti
menyapu lantai, membersihkan rumah, mencuci, dan menjemur pakaian.
Tetapi apakah "olahraga" semacam ini dapat kita lakukan secara
teratur dan berkesinambungan? Itu masalah tersendiri!

Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga
itu mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah
diperlancar tadi. Pada gilirannya ini dapat meningkatkan kekebalan
tubuh.

Para penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-
paru, dan kencing manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu
untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga
yang intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.

Orang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih
olahraga yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik
yang high impact, naik sepeda stasioner, dan joging.

6. Selalu menjaga kebersihan

Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi
suasana segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan
lingkungan tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai persentase
kesehatan penghuninya jauh lebih baik daripada kelompok rumah miskin
tanaman.

Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani
maupun rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti
infeksi kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan "penyakit" rohani
seperti stres, frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem
kekebalan tubuh.

7. Meluangkan waktu untuk bersantai

Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada
bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu
untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo
sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. Ini
perlu dilakukan secara rutin.

Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang
melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian
dengan rekan sekantor, tetangga atau keluarga di rumah. Bukan tidak
mungkin, mereka dapat membantu memecahkan masalah, atau setidak-
tidaknya meringankan beban pikiran.

Bersantai seorang diri dengan merenung dan mawas diri juga perlu.
Makin sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa
kita. Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang diri. Stamina akan
pulih dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat
tercapai.

Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai
dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan
tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit.

8. Back to nature

Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini dilandasi
pengalaman bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang
mengubah kebiasaan makan, seperti misalnya lebih sering menyantap
makanan kalengan, sambal botolan, atau buah awetan. Juga jarang
bergerak badan karena kemudahan memakai alat bantu rumah tangga,
seperti mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan
penyedot debu, bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan
lebih sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja,
karena jarang bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek.

Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman
modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki,
latihan rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat
bantu hasil teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.

Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi
pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan
kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.

9. Mengolah pernapasan

Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas
agar lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan
dalam hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga
dalam hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama
daripada biasanya. Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara
efektif, walaupun jumlahnya cuma sedikit.

Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak teratur. Kadang
lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat keluar lagi.
Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar. Dalam
satu menit kita benapas lima kali atau lebih.

Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang
dari lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan
berdaya guna. Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja,
tetapi sudah efektif. Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan
ketersediaan oksigen yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan
tubuh. Sebab, dengan oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu,
tubuh tidak kebanjiran hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak,
yang tidak baik bagi kesehatan.

10. Menggemari bacaan kesehatan


Ungkapan "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta"
sangat pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi
tidak mau bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau
dekat, kita akan tahu seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dan
kemudian dapat memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan
penyakit. (Nur Khalis)

Sumber: Majalah Intisari Edisi 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar